Desa Lengkong

Kec. Rakit, Kab. Banjarnegara
Prov. Jawa Tengah

Loading

Desa Lengkong

Hari Libur Nasional

Satu Muharam / Tahun Baru Hijriah

  • Hari
  • Jam
  • Menit
  • Detik
Info
Selamat datang di Website Resmi Desa Lengkong Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah

Berita Desa

Komentar Terbaru

Kategori

  1. LEGENDA DAN SEJARAH DESA

 

  1. 1. LEGENDA DESA

Semenjak ditangkapnya Pangeran Diponegoro pada tahun 1830 oleh Belanda dengan cara ditipu muslihat kemudian diasingkan ke Makasar, tercerai berailah para prajurit dan pengikutnya untuk menyelamatkan diri dan meneruskan perjuangannya, mereka mengembara kepelosok diseluruh pelosok tanah jawa.

Alkisah seorang prajurit pangeran diponegoro berjalan tertatih –tatih menyelamatkan diri, sampailah disuatu dukuh, pada saat itu waktu ba’da subuh tiba-tiba dikejutkan karena sang prajurit menyampar selembar rukuh / kain dijalan, kemudian tidak berselang lama pagipun tiba, dan dengan laku numpang dirumah warga disitu beberapa hari untuk istirahat dan menceritakan kejadian pada saat itu kepada warga serta berpesan mbesuk titi wancine rejaning jaman dukuh ini dinamakan dukuh SIMPAR, dalam laku numpang sang prajurit nepi ( semedi ) dipinggir Sungai Pekacangan, beberapa saat kemudian mendapat pusaka sebilah Golok dan sang prajuritpun menyebut kelak dukuh tersebut dinamakan dukuh GOLOK.

Laku semedi dihentikan setelah beberapa saat kemudian prajurit berpamitan kepada warga untuk melanjutkan perjalanan menuju kearah selatan, tiba – tiba disuatu tempat disitu terjadi kebingunan akan berjalan kearah manakah, sehingga terjadi mangu – mangu ( bhs Jawa ) kelak kemudian daerah tersebut oleh sangb prjurit disebut KARANGMANGU.

Sang prajurit melanjutkan perjalanannya kearah barat sampai disuatu tempat dimana dia sudah tahu arah yang akan dituju pikiranya sudah terang benderang ( bhs jawa ) sehingga sang prajurit menyebut mbesuk ne kana rejaning jaman papan iki tak jenengi KEBANARAN, diapun melanjutkan perjalanan kearah yang dituju sampai ditempat itu dia bermukim beberapa waktu (madepokan) sehingga tempat itu dikenal sebagai dukuh Depok. Di saat sang prajurit bermukim ia minta petunjuk kepada Yang Maha Kuasa, diapun membuat tempat pesucen yang sekarang terkenal dengan daerah Petapan dari kata tempat bertapa.

Dalam memohon petunjuk dari Yang Maha Kuasa dia berpa diatas pelepah pohon pisang yang terletak dipuntuk menir, dinamakan puntuk menir karena puntuk tersebut memang sangat kecil Cuma beberapa meter pesegi, ibarat sebesar menir (beras Kecil). Tidak diketahui berapa lama dia bertapa sehingga suatu hari dia mendapat petunjuk untuk melanjutkan perjalanan kearah timur menyusuri sungai yang sekarang dikenal dengan sungai cebong. Perjalananpun dilakukan oleh sang prajurit sesuai amanat ga’ib yang diterimanya menyusuri sungai cebong kearah timur.

Alkisah disuatu grumbul PAGER AREN disitu bermukim sekelompok warga yang disesepuhi oleh oleh seorang Buyut yang bernama Ki Buyut SUTRA PATRA, ki Buyut memiliki dua orang anak yang pertama seoarang laki – laki, dan kedua seorang perempuan, sampai saat ini riwayat dutulis nama kedua anak Ki Buyut tidak diketahui namanya.

Dalam memimpin grumbul Ki Buyut sangat disegani dan dihormati oleh warga grumbul Pager Aren karena sangat arif dan bijaksana, sampai suatu ketika ki buyut sedang membangun sebuah bendungan Sungai Cebong yang terletak di Grumung menggunakan bambu, dengan harapan hasil bendungan sungai tersebut dapat memberikan kemakmuran warga pager aren, terutama mencukupi kebutuhan air pesawahan warganya, dan melipat gandakan hasil panenya, sehingga warganya tidak akan kekurangan makanan.

Sampailah hari ketujuh ki buyut membangun bendungan, ketika itu matahari sudah menggeser kea rah barat, ki buyut sedang beristirahat karena kebetulan tidak pulang sehingga putri ki buyut menyusul mengantar makan siang ke bendungan. Ketika itu udaranya sangatlah panas sehingga putri ki buyut merasa kepanasan, kemudian sang putripun mohon ijin kepada ki buyut untuk mandi menyegarkan tubuhnya dipancuran tidak jauh dari bendungan tempat kibuyut istirahat. Alangkah segarnya tubuh sang putri mendi dipancuran tanpa sehelai kainpun menutupi tubuhnya.

Dari pagi sampai matahari mengeser kebarat, sang prajurit menyusuri sungai Cebong menuju kearah timur sang Prajurit merasa sangatlah berat karena tepi sungai tersebut ditumbuhi pohon aren yang sangatlah lebat, namun suasana sangat indah disana tumbuh berbagai macam tumbuhan dan didalam hati sang Prajurit bergumam langkung tenan iki panggenane, Langkung artinya Baik ( rejane jaman akan berubah menjadi kata Lengkong artinya Baik Bagus ) namun tidak dirasa, sampai suatu tempat sang prajurit terkejut  melihat seorang wanita sedang mandi tanpa busana sedikitpun dengan tubuh molek dengan perawakan semampai rambut terurai nan panjang sedang dirumbang ( bhs jawa ) dipancuran yang airnya jernih sang prajurit terpesona melihat kecantikan wajah serta kemolekan tubuhnya yang padat dan berisi terlihat dari belakang, dalam batinya sang prajurit bertanya – tanya “ sedang dihadapkan dengan apakah aku ini …… Bidadarikah?....... Perikah?........ apa manusia” Sang prajurit dasar seorang pemuda yang gagah dan perkasa masih berusia muda dengan  tanpa sepengetahuan perempuan tersebut . Dengan kesempurnaan tubuh serta kecantikan wajah perempuan yang dilihatnya sang Prajurit semakin besar hasrat untuk mempersunting sebgai istrinya, rupa rupanya putri ki buyut yang sedang mandi berfirasat merasa seperti ada yang memperhatikan, setelah menengok ternyata benar bahwa,bergegaslah putri ki buyut segera berpakaian seadanya lalu lari sambil menangis menemui ki buyut yang sedang istirahat di bendungan Grumung. Melaporkan kepada ki buyut bahwa ia sangat malu karena saat mandi tubuhnya dilihat oleh seorang pria.

Betapa terkejutnya sang prajurit saat tahu bahwa wanita tadi  lari sambil menangis,takut terjadi salah faham diikutinya wanita tadi sampai di bendungan, pada saat itu sampailah sang prajurit dihadapan ki buyut, dengan tidak ragu – ragu lagi iapun uluk salam kepada ki buyut, tanpa ditanya lebih dahulu sang prajurit mohon ijin untuk berbicara kepada kibuyut. Diapun menyampaikan kejadian yang baru dialaminya sejak dia dapat petunjuk untuk berjalan menyusuri sungai cebong dari petapan sampai di grumung dan dengan tidak sengaja melihat Bokong putri  Ki Buyut yang sedang mandi, redalah kemarahan ki Buyut, sebagai seorang yang sangat tajam pengelihatanya dan pemikiranya ki buyut tahu bahwa tamunya bukan orang sembarangan pastilah dia orang pilihan yang dating dari jauh.

Setelah hening sejenak untuk menentramkan hati dan perasaanya ditanyalah sang prajurit tadi …….  Siapa namamu ………dari mana asalmu………. Dan kemana tujuanmu……….Sang Prajurit tadi  dengan sedikit menutupi asal muasalnya karena kuatir ketahuan dia pengikut Pangeran Diponegoro, sang prajuritpun menjawab “ namanya sudah lupa yang dia ingat hanya mengembara mengikuti jiwanya sebagai pengembara sampai kesuatu tempat akhir pengembaraanya.

Dengan kearifan ki buyut Pager Aren, beliau dapat membaca isi hati sang pengembara. Maka berucaplah Ki Buyut “ baiklah pengembara, agar jelas panggilanmu saat ini kamu saya beri nama Ki Angga Jiwa Nglana. Dan sebagai hukuman karena kamu telah melihat tubuh putriku maka kamu kunikahkan dan kujodohkan dengan putriku”

Alangkah senangnya sang prajutir Pucuk dicinta ulampun tiba,  ia berkata  “ Nuwun Inggih sendiko ngestoaken dawuh ki buyut “ sambil memandang wajah sang putri yang duduk  disamping ki buyut yang terlihat tersipu malu pipinya terlihat merah namun dibalik itu terbaca sang putri merasa bahagia dengan ucapan ki buyut dan sang putripun mengangguk yang juga mencuri pandang kepada wajah sang prajurit. Tidak berselang lama sang prajurit dinikahkan dan dijodohkan oleh ki buyut Sutra Patra, dan keduanya mengarungi rumah tangga yang bahagia dan sejahtera,dan ki buyutpun merasa bangga hatinya berbunga – bunga, harapanya segera akan terwujud yaitu segera menimang cucu.

Tersebutlah dikasultanan Surakarta sudah aman setiap hari pisowanan dibale penangkilan selalu penuh tidak seperti sebelumnya para bekel jarang yang sowan karena situasi perang, termasuk ki buyut Pangger Aren tidak pernah mengikuti pisowanan maka dipanggillah Ki Buyut Pager Aren untuk menghadap ke kedaton. Betapa khawatir dan takut kibuyut saat dipanggil untuk sowan kibuyut merasa bingung mau sowan sendiri merasa tidak mampu lagi perjaklanan jauh mau mengutus anaknya yang laki – laki kuatir bilamana di keraton nanti kadukanan dan mendapat hukuman. Berhari – hari Ki Buyut berfikir bagaimana memecahkan masalah tersebut sampai ahirnya Ki Buyut menetapkan pilihan bahwa Ki Angga Jiwa Nglanalah yang tepat untuk ditugasi berangkat sowan dengan pertimbangan seandainya yang terjadi yang terburuk yaitu mendapat hukuman toh dia hanya seorang menantu.

Sore itu langit kelihatan sangat cerah tiba – tiba berubah mendadak menjadi mendung ketika Ki Angga Jiwa Nglana sedang bercanda dengan sang istri namun tiba – tiba dikejutkan datangnya Ki Buyut memerintahkan KI Angga Jiwa Nglana untuk mewakili pisowanan di keratin Surakarta tangis sang putripun tidak bias terbendung memohon kepada Ki Buyut agar yang berangkat ngabiantara kekedaton jangan suaminya namun permohonan sang putri tidak dikabulkan” sudahlah nini jangan mengais terus …..kakang pergi tidak akan lama paling hanya dua pekan…… nanti kalau sudah selesai kakang akan segera kembali lagi pula inikan kewajiban kakang, apa tidak kasihan kalau rama yang harus berangkat sendiri “ ucapan ki Angga Jiwa Nglana sembari membelai rambut sang istri penuh dengan rasa kasih….’janji lo kakang …..  nanti kalau sudah selesai kakang segera kembali, kalau kakang tidak janji lebih baik aku ikut saja kakang …..’ ucapan sang istri sambil mendempelkan kepalanya ke dada suaminya penuh manja ….. maklum pengantin baru takut kehilangan suami ……..’ iya nini aku janji akan segera kan segera kembali dan tidak akan menyengsarakan nini “ kata ki Angga Jiwa Nglana …… dasar  seorang Prajurit tangguh tidak gentar menghadapi permasalahan seberat apapun ……. Belaian dan kemesraanpun tidak terhenti sampai larut malam……. Sampai penulis tidak kuasa menuangkan dalam bentuk tulisan.

Pagipun tiba Ki Angga Jiwa Nglana berkemas dan bersama istrinya segera berpamitan dihadapan Ki Buyut Sutra Patra “ Puji Rahayu lir mbanyu mili anjangpangi lakumu ngger ….. mugi nir ing sambekala begja mulya kang dadi penggayuhmu “ ucapan Ki Buyut kepada menantunya, isak tangis sang istripun mulai terdengar “ Wis nini kakang nyuwun pamit …. Lilanono pun kakang ngudi kamulyaning urip “ ki angga jiwa nglana berpamitan kepada istrinya “ iya ……  ngati- ati kakang …. aja kelalen janjine kakang “ sambil berjalan memegangi tangannya berat sekalai berpisah ditinggalkan suaminya.

Tiga hari tiga malam sampailah Ki Angga Jiwa Nglana di balai Paseban tinimbalan ngabiantara, Ki angga Jiwa Nglana menjelaskan dari awal sampai akhir bahwa Ki Buyut Pager Aren sudah sangat sepuh usianya sehingga tidak mungkin bias melakukan perjalanan jauh. Tanggaping sasmita sang prabu tidak marah malah memberikan SERAT KEKANCINGAN ( bhs jawa ) kepada Ki Angga Jiwa Nglana, setelah Kembul Bujana Andrawina pasewakan dibubarkan dan para punggawa pangembating praja pulang untuk menunaikan tugas masing – masing.

Tidak sampai dua pekan Ki Angga Jiwa Nglana sudah sampai di tlatah kebuyutan Pager Aren semua orang yang melihat terkejut dan tidak percaya, bahwa dia masih hidup karena belajar dari pengalaman grumbul – grumbul yang lain ada sesepuh yang tinimbalan tidak pulang karena mendapat hukuman mati. Alangkah bahagianya sang putri Ki Buyut yang ternyata masih dipertemukan lagi dengan suaminya,tangis bahagia sang putripun terdengar karena janjinya dua pekan namun ternyata tidak sampai dua pekan sudah kembali, dan tidak lama Ki Angga Jiwa Nglana di dampingi oleh sang istri sowan kehadapan ki buyut “ dalem sowan ki buyut “ ki buyut terkejut dan tidak percaya apa yang dilihatnya, kebetulan ki buyut didampingi oleh kakak  iparnya suasanapun hening sejenak “ Sukur kaki bias kondur kanti bagas waras ……. Apa wis bias ngentasi karya? “ ucap ki buyut memecah suasana “ iya dimas …… apa kamu bias sampai di Surakarta dengan secepat ini ….. saya tidak mau dipermalukan ……….jangan – jangan dimas pulang sebelum sampai tujuan ‘  ucap kakak iparnya dengan nada tidak percaya. Setelah itu Ki Angga Jiwa Nglana menceritakan semua pengalamannya sampai memperlihatkan Serat Kekancingan kepada Ki Buyut dan kakak iparnya. Terkejutlah ki buyut beserta kakak iparnya karena melihat Serat Kekancingan tersebut ditunjukan kepada Ki Angga Jiwa Nglana diangkat menjadi lurah “ Yaw is pancen begjamu ……. Ngger kaki  ……. Aku babat …….. ternyata kamu yang mendapat kemulyaan mung aku due penjaluk kang kapisan titip anaku wadon melu mukti ngaribawa aja nganti mbok sia – sia”

“ Inggih rama ngestoaken dawuh “ jawab Ki Angga Jiwa Nglana.

” Kaping pindo salengsere turun kapisan tak jaluk kekancingan  lurah diparingaken maring kakang ngger ….. ucap ki buyut

“ Mboten rama “ jawab Ki Angga Jiwa Nglana

“ Ya wis turun loro “ ucap ki buyut sampai dengan turun enam ki angga jiwanglana tetap tidak setuju, yang pada ahirnya kibuyut berucap

“ Ngger tak jaluk kanti banget kakangmu wis nrima salengsere lurah kang kapitu “ ucapan ki buyut yang terahir, dan Ki Angga Jiwa Nglana baru tersadar bahwa yang dihadapi adalah Marasepuhnya hingga memberikan jawaban “ Inggih nyumanggaaken rama “

“Ooooo Allah kulup ngger putraku lanang wis pancen begjamu mbesuk lengsering lurah kang kapitu tedak turunmu nembe antuk bagian wahyu lurah ….. mula kuwi awakmu tak paring tetenger KI WARGA TINUT” ucap ki buyut kepada putra pertamanya.

Tidak berselang lama balai kabuyutan Pager Aren kelihatan ramai renggeng seperti mau punya hajat, ternyata benar para pemuda giat mempersiapkan tempat duduk, uba rampe kebutuhan untuk mirunggan warga. Setelah warga terkumpul semua Ki Buyut Sutra Patra menjelaskan hal ikhwalnya bahwa mulai hari ini, kabuyutan PAGER AREN diganti nama menjadi Desa LENGKONG ( asal kata dari leng di bokong ) tampuk pimpinan, Ki Buyut Menyerahkan kepada Ki ANGGA JIWA NGLANA, resmilah pada hari ini ki Angga Jiwa Nglana menjadi Lurah yang pertama. Dan pada hari ini pulalah dinyatakan hari jadi DESA LENGKONG.

 

Lurah/ Kepala Desa Lengkong

  1. Angga Jiwa Nglana
  2. Wangsa dikrama 1852-1896
  3. Djayaredja 1897-1901
  4. Somawiredja 1902-1916 ( seda kaji )
  5. Wirjadidjaja 31 Maret 1917-16 Mei 1934
  6. Soemarno 9 September 1934 – 26 Nop 1946
  7. Moh Basrowi 3 Desember 1946 – 31 Agustus 1975
  8. Suwarno 1 Oktober 1975 – 1999
  9. Djudi S,Ag April 1999 – 2007
  10. Ach Rijanto 2007 – 2019
  11. Yayah Widiantoro 2020– 2023
  12. Makhadi 2024 - sekarang

 

Carik / Sekdes Desa Lengkong

  1. Krama Bangsa …. s/d 1888
  2. Wiryadidjaja 1888-1917
  3. Soewondo 1917-1925
  4. Soedarko 1925 – 1946
  5. Mujirno 1946 – 1964
  6. Suwarno 1964 – 1975
  7. Mardyanto 1976 – april 1998
  8. Djarot Supriyadi 1998 – 2012
  9. Hofur 2012 – 2017 ( PJ Sekdes )
  10. Sutrisno, S.Pd 2017 s/d  sekarang

 

 

  1. 2. SEJARAHDESA

Desa Lengkong di pimpin pertama kali oleh Lurah / Kepala Desa bernama Ki Angga Jiwa Nglana dan  tidak diketahui pasti berapa lama beliau menjabat sebagai Kepala Desa Lengkong dan diteruskan oleh beberapa kepala desa antara lain Wangsa dikrama 1852-1896 Djayaredja 1897-1901 Somawiredja 1902-1916 ( seda kaji ) Wirjadidjaja 31 Maret 1917-16 Mei 1934 R.Soemarno 9 September 1934 – 26 Nop 1946H. Moh Basrowi 3 Desember 1946 – 31 Agustus 1975 Suwarno 1 Oktober 1975 – 1999 H. Djudi S,Ag April 1999 – 2007 Ach Rijanto 2007 – 2019 Yayah Widiantoro 2020 – 2023, Makkhadi 2024 - Sekarang.

Kepimpinan carik/sekdes dipimpin oleh Krama Bangsa …. s/d 1888Wiryadidjaja 1888-1917, R. Soewondo 1917-1925, Soedarko 1925 – 1946, Mujirno 1946 – 1964, Suwarno 1964 – 1975,Mardyanto 1976 – april 1998, Djarot Supriyadi 1998 – 2012, Hofur 2012 – 2017 ( PJ Sekdes ), Sutrisno,S.Pd 2017 s/d  sekarang

Disamping Kepala desa dan Carik/Sekdes juga dibantu oleh beberapa pamong desa /perangkat desa dengan sebutan, Polisi desa, Bau,kayim,ulu-ulu,kebayan.

Desa Lengkong pada awalnya terbagi menjadi 4 dusun dan terbagi menjadi 34 RT antara lain Dusun krajan terbagi menjadi 10 RT, Dusun Depok terbagi menjadi 11 RT , Dusun Blimbing terbagi menjadi 9 RT, dan Dusun Simpar terbagi menjadi 4 RT dan pada tahun 1993 terjadi pemekaran wilayah dusun yaitu dusun depok menjadi 2 Dusun yaitu dusun Depok dan dusun siteki dan terbagi menjadi dusun depok 7 RT dan Dusun Siteki 4 RT.

Pusat pemerintahan Desa lengkong berada didusun 1 Krajan, disamping ada beberapa dusun desa lengkong juga terbagi dalam beberapa gerumbul atau beberapa kelompok masyarakat yaitu :

  1. Dusun Krajan terdiri dari grumbul / kelompok :  Banaran, Pekalongan,  Krajan
  2. Dusun Depok terdiri dari Grumbul / Kelompok : Bandingan, Pojok, Wuni, Wungu, Prapatan, Jati, Lempong
  3. Dusun Blimbing terdiri dari Grumbul / Kelompok : Karangmangu,Wadasan,Lengkong ,Karang Sambung,Blimbing Gunung
  4. Dusun Simpar terdiri dari Grumbul / Kelompok : Krajan,Golok
  5. Dusun Siteki terdiri dari Grumbul / Kelompok : Siaul,Puntuk Kusan,Kalirancah, Krajan.

Karena Desa Lengkong termasuk Desa dengan cakupan wilayahnya cukup luas ada beberapa tempat terkenal dengan sebutan :

  1. Pesawahan, antara lain: Klenting,Silegok,Sijambu, Sijaer, Sikrikil,Tunggelan, Sipetek,Karang pule, Siares,Sijengkol, blok Tingkring, Sibulus,makam dawa,Paweden, Bujang kara,Sikasur,Siteki,Tandon.
  2. Perbukitan, antara lain: Pulu,Puntuk Menir,Puntuk Lawet,Ceger,Igir pete,Puntuk Gandul,Puntuk Jengkol, puntuk gedang,Pereng Gondang
  3. Mata air, antara lain: Slisip,Cememes,Kali konong,Kali Gondang,Kali Kanawi,kali kubang,
  4. Sungai, antara lain: Sungai Pekacangan,Sungai Cebong,Kali Rancah,Kali Kubang
  5. Makam, antara lain: Slisip,Tinagara, Pusung, Silebuh, Setana Gede, Bunderan,Munggang, Golok,Simpar.

 

Kiriman Komentar

Beri Komentar

Layanan
Mandiri

Hubungi Pemerintah Desa untuk mendapatkan PIN

Pemerintah Desa

Kepala Desa

Makhadi, A.Md.

Tidak Ada di Kantor

Sekretaris

Sutrisno, S.Pd.SD

Tidak Ada di Kantor

Kepala Seksi Pemerintahan

Muslim, A.Ma.Pd

Tidak Ada di Kantor

Kepala Seksi Kesejahteraan

Mustarom

Tidak Ada di Kantor

Kepala Seksi Pelayanan

Siti Rokhanah

Tidak Ada di Kantor

Kepala Urusan Perencanaan

Hofur

Tidak Ada di Kantor

Kepala Urusan Keuangan

Warisah

Tidak Ada di Kantor

Kepala Urusan Tata Usaha dan Umum

Basri

Tidak Ada di Kantor

Kepala Dusun I Krajan

Masngad, A.Md.

Tidak Ada di Kantor

Kepala Dusun 2 Depok

Agus Kurniawan, S.E.

Tidak Ada di Kantor

Kepala Dusun III Blimbing

Sarwono

Tidak Ada di Kantor

Kepala Dusun IV Simpar

Mukhamdi

Tidak Ada di Kantor

Kepala Dusun V Siteki

Yus Dwiartono

Tidak Ada di Kantor

PERKEMBANGAN PENDUDUK

Bulan Ini

Kelahiran

0

Orang

Kematian

0

Orang

Masuk

0

Orang

Pindah

0

Orang

Bulan Lalu

Kelahiran

0

Orang

Kematian

0

Orang

Masuk

0

Orang

Pindah

0

Orang

LAYANAN SURAT PENGANTAR

Hari Ini

0

Surat

Kemarin

0

Surat

Minggu Ini

0

Surat

Bulan Ini

0

Surat

Bulan Lalu

0

Surat

Tahun Ini

0

Surat

Tahun Lalu

0

Surat

Total

0

Surat

Pemerintah Desa

Makhadi, A.Md.

Kepala Desa


Tidak Ada di Kantor

Sutrisno, S.Pd.SD

Sekretaris
Tidak Ada di Kantor

Muslim, A.Ma.Pd

Kepala Seksi Pemerintahan
Tidak Ada di Kantor

Mustarom

Kepala Seksi Kesejahteraan
Tidak Ada di Kantor

Siti Rokhanah

Kepala Seksi Pelayanan
Tidak Ada di Kantor

Hofur

Kepala Urusan Perencanaan
Tidak Ada di Kantor

Warisah

Kepala Urusan Keuangan
Tidak Ada di Kantor

Basri

Kepala Urusan Tata Usaha dan Umum
Tidak Ada di Kantor

Masngad, A.Md.

Kepala Dusun I Krajan
Tidak Ada di Kantor

Agus Kurniawan, S.E.

Kepala Dusun 2 Depok
Tidak Ada di Kantor

Sarwono

Kepala Dusun III Blimbing
Tidak Ada di Kantor

Mukhamdi

Kepala Dusun IV Simpar
Tidak Ada di Kantor

Yus Dwiartono

Kepala Dusun V Siteki
Tidak Ada di Kantor